Jumat, 18 Juli 2014

(Cerpen SMASH & JKT48) - Janji Musim Semi









Judul : Janji Musim Semi
genre : romantic - sad
cast : Rafael Tan, Shania Junianatha
author : Fauziya Fitri

 
       Menikmati hangatnya matahari siang hari di musim semi ini tentu saja tidak pernah dilewatkan orang-orang termasuk Rafael. Melihat keindahan bunga sakura bermekaran berwarna putih dengan sentuhan ungu muda di sepanjang jalan Osaka yang keindahannya hanya bisa dilihat setahun sekali pada bulan Maret sampai pertengahan April saja.

     Rafael merentangkan kedua tangannya di pinggir danau. Sambil menarik napas panjang menghirup udara yang cukup hangat sambil memejamkan matanya, beberapa detik saja.

     Perlahan ia membuka matanya, kepalanya menoleh kesekeliling kota, sakura masih bertahan diranting-ranting pohonnya. Sedang Rafael mengamati keadaan jalan, matanya tertuju pada seorang gadis diantara beberapa orang yang ada. Seorang gadis yang familiar sedang berdiri disamping pohon bunga sakura sambil menciumi bunganya. Rafael mengeryitkan alisnya,ia menghampiri gadis itu.

     "Shania?" panggil Rafael sambil tersenyum, gadis itu menoleh, mengamati wajah Rafael sejenak lalu tersenyum.

     "Hai, Rafa." balas Shania.

     "Kamu tinggal disini juga?" tanya Rafael.



     "Enggak, hanya liburan, sengaja ingin lihat bunga sakura." jawab Shania lembut.
Ya, sejak kecil Shania memang menyukai hal berbau Jepang termasuk bunga sakura.Tak banyak berubah dari Shania, hanya saja dulu ia gemuk, sekarang ia lebih kurus. Dan cantik.

     Rafael pun teringat kejadian 10 tahun lalu tepatnya sebelum ia singgah ke Jepang. Ia ingat waktu itu ia dan Shania masih duduk dibangku SD. Saat itu Rafael berulang tahun yang ke-12. Shania bernaksud memberikan hadiah untuk Rafa.

     "Kamu kan tau aku gak suka kucing." ucap Rafael kesal sambil menyingkirkan seekor anak kucing di tangan Shania.

     "Terserah kamu mau terima atau enggak." kata Shania lalu menaruh kucing kecil itu di depan kaki Rafa, ia pun pergi berlari sambil menangis. Rafa hanya bergidik merinding melihat kucing yang ada di depan kakinya lalu pergi membiarkan kucing itu.

     Malam itu hujam mengguyur bumi. Karena rumah Shania dan Rafael bersebelahan, jadi suara meongan terdengar sampai ke kamar Shania. Ia merasa iba mendengar suara meongan itu. Malam itupun Shania keluar dari rumahnya dengan membawa payung. Dilihatnya kucing yang ia hadiahkan untuk Rafael sedang berteduh disemak-semak tanaman. Bulu-bulunya basah, tubuhnya menggigil. Rafael benar-benar tidak membawanya ke dalam rumah apalagi menyentuhnya.

      "Kamu sedang apa?" tanya Rafa tiba-tiba datang menggunakan jas hujan.

      "Membawa kucingku kedalam rumah."jawab Shania tanpa menoleh Rafael.

      "Bukankah itu kucingku? sahabatku yang memberikannya padaku." kata Rafael, Shania yang sedang berjongkok pun menatap Rafael.

      "Hemm, kamu sendiri yang membiarkannya, kehujanan. Bukankah kamu benci ini?" tanya Shania sambbil mengelus bulu-bulu kucing yang basah.

      "Maaf." ucap Rafael singkat. Ia tahu kalau Shania hanya ingin membantunya mengurangi phobianya pada kucing. Shania beranjak dari jongkoknya, menggendong kucing itu hendak pergi.

      "Kenapa kamu mau bawa kucingku? kan kamu sudah memberikannya padaku." tanya Rafael, Shania menghentikan langkahnya.

      "Tapi kamu tidak menerimanya, kasihan dia."

      "Ya, sekarang aku akan menerimanya." kata Rafael menadahkan tanganya meminta kucing dipelukan Shania, Shaniapun tersenyum dan memberikan kucing itu.

      "Emm, besok aku akan pergi ke Jepang, rumah asal papaku."

      "Apa?"

      "Ya mungkin aku gak akan kembali lagi." kata Rafael, Shania hanya bengong memandangi kucing yang kini ada dipelukan Rafael.

      "Baiklah, semoga kamu bahagia disana." suara Shania bergetar lalu berbalik dan pergi.

      "Aku tidak akan pernah melupakanmu." teriak Rafa karena suaranya kalah keras dengan suara hujan yang deras. Tapi Shania tetap melanjutkan langkahnya, air matanya mengalir.

      Esok harinya Rafael dan orang tuanya sudah siap berangkat ke bandara, orang tua Shaniapun ikut melepas keberangkatan mereka didepan rumah. Tapi satu yang kurang, sosok Shania tidak ada disana. Rafael bertanya-tanya dan orang tua Shania beralasan kalau Shania sedang tidak enak badan sekarang mengurung diri di kamar.

      Rafaelpun pergi tanpa melihat Shania, tapi Shania hanya bisa melihat kepergian sahabatnya itu dari celah jendela dengan beruraian air mata. Hari itu adalah hari terakhir Rafael di Indonesia.

      3 tahun pertama kepergian Rafael dari Inddonesia, ia selalu mengirim surat untuk Shania. Sekedar menanyakan kabar sampai menceritakan kehidupannya di Jepang. Namun surat-suratnya tidak pernah sekalipun mendapat balasan. Tapi itu sudah berlalu.

      "Ini kali kedua aku merasakan musim semi." kata Shania yang kini duduk bersama Rafael dibawah pohon sakura.

      "Tapi kenapa kita tidak pernah bertemu? Padahal dalam surat terakhirku aku tulis alamat lengkapku disini." kata Rafael.

      "surat-suratmu hangus karena kebakaran." Shania menunduk. Rafael menatap wajah Shania. Ia ingin menanyakan lebih banyak tentang surat-suratnya, tapi sepertinya Shania tidak akan mau membicarakannya.
Merekapun bercanda, tertawa bersama, mengenang persahabatan masa kecil mereka.

      Tiba-tiba Rafael mengungkapkan perasaannya pada Shania, jalinan persahabatan yang selama ini ia anggap lebih.

      "Aku tidak akan ada disini terus, aku akan pulang ke Indonesia." kata Shania setelah Rafael mengungkapkan perasaannya.

      "Kalau kamu bersedia menunggu, musim semi tahun depan saat bunga-bunga sakura mekar aku akan datang dan memberimu jawaban, bagaimana?" tanya Shania menyarankan. Rafael hanya mengangguk sambil tersenyum kecil. Berat sebenarnya untuk menunggu jawaban cinta selama setahun. Tapi ia akan menunggu. 
     
       #######


     Tak terasa  musim dingin ini akan berakhir. Beberapa hari lagi masuk musim semi, otomatis bunga sakura akan tumbuh dan bermekaran dan puncaknya Shania akan menepati janjinya memberi jawaban pada Rafael, tak sabar rasanya menanti moment itu.

     Saat Rafael hendak berkunjung ke rumah temannya di Kyoto, ia melihat seseorang yang tak asing, itu adalah ibunya Shania.

     "Sejak 3 tahun lalu sampai sekarang kami belum kembali ke Indonesia." Ujar ibu Shania setelah mereka bercengkrama dan saling menanyakan kabar.

     Jadi semenjak pertemuan Shania dan Rafael pada musim semi tahun lalu Shania tak pulang ke Indonesia? Ia masih tetap di Jepang dan tinggal di Kyoto, tapi kenapa sejak pertemuannya lagi itu Shania tidak pernah mendatangi atau menghubungi Rafael padahal ia masih di Jepang??

     Ibu Shania pun mengajak Rafael ke sebuah rumah sakit, disana Rafael melihat Shania terbaring di ranjang dengan selang-selang infusan ditubuhnya.

     4 tahun lalu Shania mengidap penyakit parah sampai sekarang. Ibu dan ayahnya memutuskan berobat ke Jepang karena saran dokter di Indonesia mengingat peralatan medis di Jepang lebih maju. Mungkin karena penyakit Shania yang sudah sangat parah atau peralatan medisnya masih kurang juga, entahlah sampai saat ini ia belum sembuh juga.

     Sejak datang ke Jepang, ini kali kedua Shania mengalami koma. Sejak Rafael tau keadaan Shania sekarang, setiap hari ia ke rumah sakit tempat Shania dirawat. Setiap hari Rafael melihat ibu Shania selalu mengelap tangan, leher, kaki, wajah Shania dengan air hangat, juga menyisiri rambut Shania, mengajak bicara meskipun tidak ada jawaban.

     Saat Rafael hendak datang ke ruangan Shania, ibu Shania sedang tertidur ditepi ranjang dengan tangan melipat dan kepalanya ditenggelamkan. Rafael tidak tega membangunkan ibu Shania yang terlelap.

     "Hey, Shania. Sekarang sudah masuk musim semi." kata Rafael sambil mengelus kepala Shania, Shania hanya diam masih dengan mata terpejam.

     "Di Kyoto baru sebagian bunga yang mekar, kalau di Osaka bunga yang mekar lebih banyak, makanya ayo kita kesana. Emm.. aku juga sekalian ingin mendengar jawabanmu.." kata Rafael lagi. Karena mendengar suara Rafael, ibu Shania pun terbangun dari tidurnya.

    " Rafa? Kapan kamu datang?" tanya ibu Shania.

    "Belum lama.. Maaf tante, gara-gara aku tante jadi bangun." ucap Rafael.

    "Gak apa-apa kok, emang sudah waktunya bangun." kata ibu Shania sambil tersenyum.

Perlahan jari jemari tangan bergerak, dan kepalanyapun menggeleng perlahan ke kanan dan kiri.

    "Nggghhh.." rintih Shania. Ibunya dan Rafael tersenyum senang melihat Shania yang mulai menggerakkan anggota tubuhnya. Tapi senyuman ibu Shania dan Rafael tak berlangsung lama, senyuman sumringah itu berubah menjadi kepanikan kala melihat kini tubuh Shania kejang-kejang. Rafael panik dan segera keluar ruangan untuk mencari pertolongan dokter.

     "Ishi, renraku shite kudaisi." kata Rafa panik lalu membawa dokter ke ruangan. Dokterpun memeriksa Shania  yang sedang kejang-kejang. Setelah hampir setengah jam di tangani dokter dengan berbagaicara medis, layar detektor pendeteksi jantungpun kini bergaris lurus, dokter menggelengkan kepalanya.

     "Moshiwa kearimasenga, kanja wa moshoganai." kata dokter lesu. seketika tubuh Rafael lemas, ibu Shania menangis dipelukan Rafael. Dua orang suster berbaju putih pun melepas selang-selang infus di tubuh Shania, dan suster satu lagi membentangkan kain putih untuk menutupi seluruh tubuh Shania. Perlahan air mengalir dari pelupuk mata Rafael. 5 hari Shania mengalami koma dan akhirnya harus pergi juga.

     "Shania, kenapa kamu pergi secepat ini? Ini sudah musim semi, ayo kita keluar melihat bunga sakura." kata Rafa setelah membuka kain penutup sampai leher Shania.

     "Aku juga ingin tau jawabanmu." lanjutnya sambil tersenyum hambar dan meneteskan airmata. Ibu Shania yang sedang menangis mengelus-ngelus punggung Rafa. Meski terpukul, ibu Shania tidak terlalu kaget dengan kepergian Shania, karena dokter memang sudah memvonis umur Shania tak akan bertahan lama.

     Orang tua Shania memutuskan kembali ke Indonesia dan memakamkan jasad Shania disana. Saat libur musim panas Rafael mengunjungi makam Shania. Ia membawa bunga sakura yang terbuat dari plastik karena musim ini bungasakura yang asli sudah bergugurun dan tidak ada satupun yang tumbuh dan mekar.



-END-


1 komentar:

  1. http://reretaipan88.blogspot.com/2018/06/halo-sahabat-taipanqq-semuanya.html

    Taipanbiru
    TAIPANBIRU . COM | QQTAIPAN .NET | ASIATAIPAN . COM |
    -KARTU BOLEH BANDING, SERVICE JANGAN TANDING !-
    Jangan Menunda Kemenangan Bermain Anda ! Segera Daftarkan User ID terbaik nya & Mainkan Kartu Bagusnya.
    Dengan minimal Deposit hanya Rp 20.000,-
    1 user ID sudah bisa bermain 8 Permainan.
    BandarQ
    AduQ
    Capsasusun
    Domino99
    Poker
    BandarPoker
    Sakong
    Bandar66

    Kami juga akan memudahkan anda untuk pembuatan ID dengan registrasi secara gratis.
    Untuk proses DEPO & WITHDRAW langsung ditangani oleh
    customer service kami yang profesional dan ramah.
    NO SYSTEM ROBOT!!! 100 % PLAYER Vs PLAYER
    Anda Juga Dapat Memainkannya Via Android / IPhone / IPad
    Untuk info lebih jelas silahkan hubungi CS kami-Online 24jam !!
    • WA: +62 813 8217 0873
    • BB : D60E4A61

    Daftar taipanqq

    Taipanqq

    taipanqq.com

    Agen BandarQ

    Kartu Online

    Taipan1945

    Judi Online

    AgenSakong

    BalasHapus