Cerpen SMASH & JKT48 - CLBK
cast : Rezky Wiranti Dhike, Dicky Prasetya, Reza Anugrah.
author : Fauziya Fitri
designed by : Fauziya Fitri
inspired by JKT48's song
**
Suara tawa, sorak sorai, ada juga
tangis anak-anak terdengar saat ku memotret suasana taman kanak-kanak untuk
melengkapi tugas jurnalis, karena aku bosan dengan suasana ricuh pendemo di
jalanan ibukota atau memotret alam pegunungan yang indah namun terlalu hening.
Untuk kali ini aku ingin memotret anak-anak, mendengar suara-suara lucu mereka
membuatku teringat masa kecilku yang indah. Hh~
Tiba-tiba pria tampan terlihat
dilensa kameraku, ia tersenyum jahil padaku.
“Kamu ngalingin deh.” Ucapku
sambil medorong pelan dada Dicky agar menyingkir dari lensaku.
“Abisnya dari tadi aku liat, kamu
serius banget.”
“Iya dong, segala sesuatu itu
harus dilakuin dengan serius.” Balasku.
“Berarti, aku juga diseriusin
dong?” goda Dicky dengan senyum manjanya sambil menaik turunkan alisnya, aku
hanya membalasnya dengan senyum tersipu.
Aku dan Dicky menjalin hubungan
pacaran sejak satu tahun lalu karena kuliah di jurusan yang sama yaitu
jurnalis, kami juga mulai magang di kantor redaksi meski berbeda.
Dicky selalu membuat hubunganku dengannya berwarna dan
ceria, aku sangat menyanyanginya, dia juga selalu membuatku nyaman di dekatnya.
“Yaudah,
yuk. Kita pulang, kamu udah selesai kan?” Kami pun pergi dari kawasan taman
kanak-kanak. Sebelum pulang, aku mengantar Dicky untuk menyerahkan tugas ke
kantor tempat ia magang.
Sembari menunggu Dicky yang
sedang presentasi dengan teman-teman kantornya, aku memainkan laptop-ku dan
membuka email-ku. Ada empat pesan masuk. Balasan dari Frieska tentang
kelanjutan curhatannya kemarin, dari dosen pembimbing menanyakan materi
tugasku, juga dari salah satu junior kampus yang menceritakan ketertarikannya
tentang hasil tulisanku di salah satu majalah.
Dan yang membuatku diam tak
percaya, di antara pesan masuk, ada pesan teratas yang dikirim sejak dua jam
yanga lalu dari alamat reza.anugrah@gmail.com.
“Hai, Dhike. Apa kabar? Aku udah
pulang dari Inggris nih, aku kangen banget sama kamu, gak sabar mau liat kamu
lagi. Besok siang kita ketemu di museum galeri tempat favorit kita, yaa..”
Pesan yang hanya sebaris itu
membuatku bingung untuk membalasnya. Entah aku harus senang atau sedih, tak
dipungkiri kalau aku masih menyayangi Reza.
“Ke..” Aku tercekat kaget saat
tiba-tiba Dicky menepuk pundakku. Sontak saja aku menutup layar laptop dipangkuanku.
Dicky duduk disampingku. “Kok
laptop-nya di tutup?” tanya Dicky.
“E-engga apa-apa, emang udah
selesai kok.” Ucapku berusaha tersenyum. Dicky terus saja melirik laptop-ku,
aku melihat raut penasaran di wajah Dicky tapi aku tetap berusaha tenang dan
tak membuatnya curiga, berusaha mengalihkan perhatiannya.
“Yaudah, yuk. Kita pulang.” Ajakku.
**
Aku berjalan masuk ke museum
melewati deretan lukisan klasik itu, langkahku terhenti saat melihat punggung
seorang pria yang sangat ku kenal. Aku tak berani menyapanya, berniat untuk
pergi saja dari tempat ini. Tapi, Reza membalikkan badannya menghadapku, aku
sedikit tercekat dan hanya bisa diam, tak banyak berubah dari Reza hanya saja
kelihatan lebih dewasa. Reza mengamati wajahku sekian detik lalu tersenyum dan
mendekat kearahku, ia memelukku.
“Hai, Dhike. Aku kangen banget
sama kamu.” ucapnya dipelukanku, aku hanya diam tak membalas pelukannya.
Dua tahun berlalu dan ia masih
menganggapku sebagai kekasihnya seperti sebelum Reza memutuskan melanjutkan
study-nya di Inggris. Sedangkan sekarang aku sudah ada Dicky, laki-laki yang
sudah menyematkan cincin di jari manisku dan tak mungkin untuk kembali ke masa
laluku bersama Reza. Meski aku tak memungkiri masih menyayangi Reza.
Tuhan, maafkan aku yang tak
mempercayai cinta dan tidak bisa menepati janji, aku adalah wanita yang jahat.
Tak terbayang jika Reza mengetahui hubunganku dengan Dicky, begitu juga dengan
Dicky jika mengetahui hubunganku dengan Reza yang belum ku putuskan.
-end-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar