genre : romantic
cast : Dicky Prasetya dan Nabilah Ratna Ayu
author : Fauziya Fitri
inspired by JKT48'song
*****
Aku menghela
napas lega, melepaskan bolpoin dari genggamanku. Tugas sekolah yang sedari sore
di kerjakan akhirnya selesai juga. Aku melirik jam berbentuk hati di dinding,
sudah menunjukkan pukul 9 lewat.
"Nabilah, kamu belum tidur?" tanya papa tibatiba membuka pintu kamarku.
"Iya, PRnya baru selesai." jawabku.
"Ya sudah, setelah ini langsung tidur, ya." perintah papa, aku hanya mengangguk dan tersenyum. Papa pun menutup kembali pintunya.
Setelah menggosok gigi dan cuci kaki di kamar mandi, aku lantas mengganti baju dengan piyama warna merah muda kesukaanku.
Aku menarik selimut untuk menutupi tubuhku saat berbaring.
Harusnya ku bisa tidur sekarang, tapi entah kenapa kantuk belum menghampiriku. Beberapa kali mengganti posisi tidurku, tapi tak terasa nyaman. Kuputuskan keluar kamar untuk menyeduh segelas susu hangat yang sepertinya akan membantuku cepat ngantuk. Setelah habis, ku kembali berbaring memejamkan mata, menyamankan posisi tidur lalu mulai membayangkan domba untukku hitung.
Aku membuka mata, bayangan dombaku menghilang ketika tibatiba suara lemparan kertas yang di remas membentuk bulatan masuk ke kamarku melalui jendela yang ku buka. Aku membungkukkan badan , mengambil kertas itu.
“Aku disini.. Ayo lihat keluar!” sebuah tulisan dari kertas itu, aku cepat-cepat melihat keluar jendela.
"Ha? Dicky?" lirihku melihat Dicky yang berdiri di halaman, menyambutku dengan senyuman khasnya.
"Kamu ngapain?" ucapku dengan suara agak berbisik karena takut mengganggu papa di dalam rumah.
Sepertinya Dicky mengerti ucapanku, ia menundukkan kepala lalu menulis sesuatu di kertas yang ia pegang lalu meremasnya dan melemparkan padaku.
“Aku punya sesuatu untukmu, ayo keluar, ikut aku!” isi tulisan itu, aku mengeryitkan alis seraya menggeleng. Tapi Dicky menempelkan kedua telapak tangannya hendak memohon padaku.
Tak tega juga melihatnya begitu, akhirnya aku memutuskan untuk keluar kamar melalui jendela yang ku buka lebar. Celingak celinguk berharap papa tak melihat kelakuanku. Dicky membantuku keluar, ia memegang lenganku.
"Haha.." saat aku menapaki tanah tanpa sandal, aku buru-buru membungkam mulut Dicky kala ia tertawa.
"Syuutt.. Pelankan suaramu." ucapku dengan nada berbisik lalu melepas tanganku dari bibir Dicky.
"Habisnya kamu jelek pakai piyama gitu." ucap Dicky, aku menunduk melihat bajuku, memang sedikit kebesaran di badanku, tapi piyama ini piyama favoritku dengan gambar tokoh kartun Piglet ditengah baju.
"Ish, kamu gitu. Aku mau masuk lagi aja." ucapku agak kesal, tapi Dicky cepat-cepat mencegahku.
"Iya maaf, maaf. Aku cuma bercanda."
"Oke. Trus, apa maksud kamu suruh aku keluar?"
"Oh, iya. Ayo!" Dicky menarik tanganku menuntun keluar pagar rumah.
"Ayo naik." seru Dicky sesampai di motor maticnya.
"Tunggu dulu, sebenarnya kita mau kemana?" tanyaku heran.
"Sudahlah, nanti juga kamu tau." Dicky mulai menaiki motornya.
"Ayo naik, Bil! Tenang aja, kita pasti kembali pulang. Aku gak akan culik kamu." ucap Dicky saat melihatku masih diam mematung. Aku pun menurutinya.
Dicky memainkan gas motornya, sontak saja aku reflek memeluk perutnya dari belakang.
Ditemani cahaya terang bulan malam hari, aku di bawa dengan motor. Angin malam terasa sejuk bahkan dingin.
"Nah, sudah sampai." Dicky menghentikan laju motornya. Mataku terbelalak melihat cahaya lampu rumah-rumah yang terlihat mungil dari sini. Ya, kini aku dan Dicky berada di bukit.
"Nah, sekarang lihat itu." Dicky menunjuk ke arah area pepohonan, disana cahaya-cahaya kecil dari kunang-kunang beterbangan.
"Dicky, ini indah sekali." ucapku terpukau.
"Ini namanya kencan rahasia tengah malam." aku menoleh padanya saat ia berkata begitu. Kencan? Hwaah~
Aku tertunduk menyembunyikan rona merah di pipiku meskipun memang tak akan terlihat karena gelap, lalu menatapnya lagi.
Oh, Dicky.. Tatapanmu begitu jahil namun hangat. Aku bingung harus melakukan apa. Hanya ada kita berdua di bukit ini, meskipun aku hanya mengenakan piyama dan bertelanjang kaki.
Dicky menggenggam tanganku, aku hanya diam merasakan jemarinya di sela
jemariku, tak bisa mengatakan tidak pada orang yang aku suka.
-end-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar