Rabu, 06 Agustus 2014

(Cerbung SMASH & JKT48) - Di Ujung Pelangi - Part1


Judul : Di Ujung Pelangi - Part1

Genre : Romantic - Family

Cast : Rangga Moela, Jessica Veranda, Dicky Prasetya, Bisma Karisma, Pramudina, Reza Anugrah, Shania Junianatha, Sonya Pandarmawan.

Author : Fauziya Fitri




Entah kenapa hari ini benda-benda yang ada di pusat perbelanjaan itu tak ada yang menarik mata gadis yang sering disapa Ve itu. Mungkin karena dia sudah punya segalanya dan ia sering mengunjungi mall itu. ia berjalan menyusuri setiap toko-toko yang ada disana namun tak ada juga yang menarik hatinya. baru kali ini Ve malas berbelanja, biasanya ia hobi menghamburkan uang orang tuanya yang seorang pengusaha sukses dan kaya raya.

Gadis berusia 17tahun yang selalu berpenampilan fashionable itu hanya membeli cemilan dan segelas minuman dingin setelah berjam-jam berjalan mengelilingi mall itu lalu pulang.

Ve pulang dengan mengendarai mobil mewahnya sendirian, di tengah perjalanan tiba-tiba mobilnya terasa berat, lalu ia berhenti di depan sebuah gedung universitas untuk memeriksa mobilnya. Ternyata ban depan mobil sebelah kirinya bocor, ia terus bergerutu kesal karena tak bisa memperbaiki ban mobilnya sementara tak ada bengkel di sekitar sana. Ve hanya celingak celinguk berharap menemukan orang yang
bisa memperbaiki ban mobilnya.


Tak lama seorang pemuda berkulit putih berjalan di dekat Ve.

"Mas, mas. bisa ganti ban mobil gak?" tanya Ve tanpa basa basi.

"Ada ban serepnya gak?" pemuda itu balik bertanya dengan ramah.

"Yaiyalah. alat-alatnya ada di mobil, bisa gak?" ucap Ve, pemuda itu hanya tersenyum dan mengangguk.

"Bagus, kalo gitu cepat perbaiki ban mobilku." Ve menarik tangan pemuda itu menunjukkan ban mobil yang bocor.


Sang pemuda mengambil ban cadangan dan alat-alatnya di dalam mobil Ve sendirian, sementara Ve hanya duduk di bemper mobilnya sambil memainkan gadgetnya. Kurang dari setengah jam pemuda itu sudah selesai memperbaiki ban mobil Ve.

"Sudah selesai." kata pemuda itu sambil mengusap peluh di keningnya dengan lengannya lalu ia membereskan peralatannya kedalam mobil Ve kembali.

Ve pun memeriksa ban mobilnya, setelah merasa sudah aman, dia masuk kedalam mobilnya.
"Makasih, ya." kata Ve pada pemuda itu setengah berteriak karena suaranya kalah keras dengan suara-suara kendaraan yang melintas.

Pemuda itu hanya menggeleng kepala melihat mobil mewah itu melaju. Dia memang ikhlas membantu Ve, tapi melihat perlakuan gadis itu ia juga berdecak sebal, meminta bantuan tanpa mengatakan tolong, sudah selesai pun ucapan terimakasihnya seperti tak ikhlas, memberi senyuman manis pun tidak. hh~.

Ve merebahkan tubuhnya di ranjang empuknya setelah berjalan-jalan di pusat perbelanjaan. seperti biasa, saat pulang ia mendapat sambutan hangat dari 3 pembantu rumahnya, meski ia selalu marah2 dan memasang wajah cuek tetapi wajah hangat para pembantunya tak pernah luntur.

**

Daun2 tanaman pagi ini terlihat basah karena hujan semalam, matahari yang seharusnya hangat menyinari bumi pun tak muncul tertutup awan berwarna abu-abu.

Seperti biasa sebelum bel sekolah, Ve dan 2 temannya berkumpul di koridor sekolah. Di tengah perbincangannya, Ve melihat Dina berjalan  kearahnya sambil membawa beberapa buku di tangannya.

Pikiran nakalnya pun berputar dan berniat menjahili Dina. Dengan sengaja Ve melangkahkan satu kakinya ke depan sehingga membuat Dina terjatuh menyandung kaki Ve. Buku yang dibawanya pun berserakan di lantai. Ve dan teman-temannya hanya tertawa.

"Heh, kamu kok masih disini? Kemarin kan aku suruh kamu pindah dari sekolah ini. Aku sampai bosan kasih tau kamu." ucap Ve, Dina hanya menunduk sambil memunguti buku-buku yang jatuh.

"Jawab dong, malah diam!" kata Sonya dengan nada tinggi yang melihat Dina menunduk saja. Dalam hatinya, Dina pun capek jika harus menjawab pertanyaan Ve yang menyuruhnya pindah dari sekolahnya saat ini karena masuk sekolah ini saja Dina dibiayai oleh orang tua angkat yang sangat baik padanya.

Sejak kehadiran Dina satu tahun lalu disekolahnya, Ve memang tidak menyukai Dina karena tahu kalau dia hanya orang tak punya dan sekolahnya dibiayai.

"Heh, dasar orang miskin." ucap Ve sambil mendorong tubuh Dina saat ia hendak berdiri, ia dan buku-bukunya pun jatuh lagi. Dina hanya terduduk pasrah dengan mata berkaca kaca menahan air matanya.


"Kamu tuh keterlaluan, Ve." ucap Dicky tiba-tiba datang dan membantu Dina.

"Kamu gak usah jadi pahlawan kesiangan deh." Ve pada Dicky.

"Aku heran sama kamu, kenapa kamu selalu jahatin Dina?" tanya Dicky.

"Aku juga heran sama kamu, kenapa kamu selalu belain dia?" Ve balik bertanya. Dicky berdecak sebal.

"Memang Dina salah apa sih sama kamu?"

"Salah dia? Salahnya yaitu dia miskin dan berani sekolah disini, aku gak suka itu." ucap Ve santai, Dicky hanya menggeleng kepala melihat kelakuan Ve yang selalu menindas orang lain dengan alasan yang tak masuk akal.

"Eh, Dicky. Kenapa kamu dekat2 dia sih? Nanti kamu diperas loh." ucap Ve sambil tertawa licik diikuti teman-temannya.

"Aku capek ngomong sama kamu." kata Dicky "Ayo, Din. Kita pergi aja." ajaknya pada Dina.

"Memang aku juga gak capek apa ngomong sama kamu?" kata Ve pada Dicky yang hendak pergi beberapa meter darinya.

"Aku heran sama Dicky, dia selalu belain Dina. Padahal kita tau dulu sebelum ada Dina, dia orangnya cuek." ucap Ve yang masih melihat koridor yang sudah tak terdapat Dicky
sambil menyilangkan tangan di dadanya.

"Kenapa? Kamu cemburu, ya?" ledek Shania.

"Apa? Aku cemburu sama si maniak Yupi itu? ya enggak lah." tukas Ve. Di akuinya, Dicky memang tampan, tapi Ve memang tak
tertarik padanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar