genre : romantic - family
cast : Rangga Moela, Jessica Veranda, Pramudina, Dicky Prasetya, Reza Anugrah, Bisma Karisma, Shania Junianatha, Sonya Pandarmawan.
*****
Aktifitas
yang biasa dihari dengan suasana yang biasa juga. Hiruk pikuk keramaian didalam
kelas terdengar sampai teras kelas.
"Ve, kamu sudah kerjain pr fisika? Aku
liat, dong!" ucap Sonya tibatiba saat Ve baru memasuki kelas.
"Ha?
Belum." jawab Ve yang kini ikut-ikutan panik bersama kedua sahabatnya itu.
Ve dan Sonya hanya mendumel, kenapa mereka bisa lupa dengan tugas Pak Burhan
padahal jam pelajarannya akan dimulai di jam pelajaran kedua.
"Eh, tenang kalian jangan panik dulu. Aku
tau solusinya." ucap Shania lalu buru-buru berjalan ke belakang jajaran
bangkunya.
"Dina,
aku pinjam buku pr fisika kamu dong." kata Shania pada Dina yang tengah
mengobrol dengan teman disebelah bangkunya.
"Ayo
cepat, lelet!" suruh Shania yang melihat Dina mulai merogoh tasnya. Shania
merebut buku yang Dina berikan lalu pergi ke bangkunya tanpa berkata apa-apa.
"Nah,
ini pr-nya." Shania membuka lembaran-lembaran buku Dina dan meletakannya
diatas meja.
"Tapi ini buku punya siapa?" tanya
Sonya.
"Kerjain aja, daripada kita
dihukum." sahut Ve yang sudah mulai mencatat.
Sebelum Pak
Burhan memasuki kelas, jika murid-muridnya ditugasi pekerjaan rumah, buku-buku
mereka harus sudah terkumpul di meja guru. Mereka selalu melakukan itu setiap
jam pelajaran Pak Burhan, guru yang paling disegani.
"Sonya.. Veranda.. Shania.." panggil
Pak Burhan setelah memeriksa buku-buku tugas. Mereka tersentak kecil saat
namanya dipanggil, perasaan mereka mulai tak enak jika Pak Burhan memanggil
murid-muridnya dengan nada seperti itu. Pasti ada yang tak beres.
"Mana
pr kalian?" tanya Pak Burhan, Ve dan Sonya melirik Shania sejenak.
"Kenapa
diam? Ayo maju sini!" tak bisa berbuat apa-apa, mereka hanya bisa menurut.
"Kita sudah kerjakan pr-nya kok,
pak." kata Shania.
"Tapi
mana?" Pak Burhan membolak balikkan lembaran buku Shania.
"Itu,
pak." Shania menunjuk salah satu tulisan di lembaran buku.
"Ini kan jawaban prmu minggu lalu, kamu
hanya menyalinnya. Tapi pr sekarang mana? Tidak ada." ketiga sahabat itu
tercekat tak percaya, mereka memang tak memperhatikan jawabannya, dan langsung
menyalinnya begitu saja.
“T-tapi, pak ~ “ Shania tak melanjutkan
kata-katanya kala matanya melirik ke arah Dina, tak mungkin ia mengatakan bahwa
menyontek dari buku Dina, Bisa-bisa ia habis oleh Pak Burhan.
“Karena kalian tidak mengerjakan tugas dari saya, kalian
harus dihukum. Kalian harus lari keliling lapangan 10 kali putaran!” Sonya, Ve dan Shania tersentak kaget. Lari 10
putaran keliling lapangan seluas itu? tentu saja belum pernah mereka lakukan.
Seolah tak terima dengan hukuman yang diberikan, mereka
bertiga mengajukan protes dengan versinya masing-masung sehingga ucapan mereka
terdengar tak jelas.
“Kalian protes? Tambah jadi 15 putaran!”
“Ha?” ucap mereka bertiga berbarengan.
“Ayo cepat lari, tunggu apalagi?” bentak Pak Burhan membuat
mereka segera berlari keluar kelas.
“Ha? Kamu ngapain disini?” tanya Ve melihat Reza ikut
berlari disampingnya, menyamakan posisi larinya dengan Ve.
“Menemanimu lari.” Ucap Reza santai sambil terus berlari.
“Kamu apa-apaan sih? Sana masuk ke kelasmu.” Kata Ve sambil
mendorong tubuh Reza agar menjauh, namun Reza tetap menyamakan larinya.
“Aku kan sayang sama kamu, Aku gak tega lihat kamu dihukum.”
“Ah, berisik.” Ve mendorong tubuh Reza lagi, berusaha
mempercepat larinya agar menjauh dari Reza lalu menyusul Sonya dan Shania.
“Udahan, yuk. Aku capek.” Ucap Ve memperlambat larinya
sambil tersengal-sengal.
“Tapi kita baru 9 putaran.” Ucap Sonya mengikuti temannya
berhanti berlari.
“sepertiya Pak Burhan juga udah gak ngawasin kita.” Kata
Shania, lalu mereka duduk di bangku pinggir lapangan.
“Ini semua gara-gara kamu, Shanju. Asal ambil buku orang.”
“Kenapa aku? Kamu juga salah, gak lihat soalnya dulu.” Ucap
Shania yang tak terima disalahkan oleh Ve.
“Karena tadinya aku percaya kalau kamu ambil buku yang
benar” balas Ve.
“Oh, jadi menurutmu ini sepenuhnya salahku, iya?” nada
Shania mulai memuncak.
“Ya terus, siapa lagi? Aku dan Sonya hanya korbanmu.”
“Sudahlah! Kenapa kalian jadi ribut begini?” ucap Sonya yang
tak tahan melihat perdebatan kedua sahabatnya.
“Kita terlanjur di hukum. Aku minta kalian jangan ribut
lagi.” Shania hanya melengos pergi di susul oleh Ve.
Saat istirahat, Shania melihat Dina hendak keluar kelas. Ia
beranjak dari bangkunya berniat menyusul Dina.
“Shanju, kamu mau kemana?” tanya Ve, Shania tak menjawab
pertanyan Ve dan tetap melanjutkan langkahnya.
“Aku ikut.” Teriak Sonya lalu berjalan mengekor dibelakang
Shania.
Dari kejauhan, Shania melihat Dina yang berjalan masuk ke
toilet. Kebetulan toilet sedang sepi saat itu. Shania menarik tangan Dina untuk
menyenderkan punggung Dina.
“Kamu sengaja mengerjaiku agar aku dan teman-temanku
dihukum, iya kan?” tanya Shania sambil menunjukkan jari didepan wajah Dina.
“Aku gak bermaksud begitu. Kamu sendiri yang pinjam buku
pr-ku, bukan jawabannya.” Dina hanya menunduk menatap lantai, tak berani
melihat wajah marah Shania.
“Gak usah berkelit, aku tau kamu memeng sengaja.”
Sergah Shania. Dina hanya menggeleng ,
belum sempat menjawab, dengan sengaja Sonya mecipratkan air dari wastafle ke
wajah Dina.
“Kamu dendam kan sama kita?” tanya Sonya, Dina hanya
menggeleng sambil mengusap cipratan air diwajahnya.
Tiba-tiba seseorang
masuk ke toilet sambil memanggil Sonya dan Shania.
“Ada apa ini?” tanya Ve melihat wajah Dina basah bersama dua
sahabatnya.
“Gara-gara dia, kita jadi dihukum, Ve. Dia memberikan buku
pr dengan jawaban minggu lalu.” Sahut Shania, Ve melirik Dina sejenak.
“Sudahlah, Shan. Kan kamu sendiri yang bilang kalau kita
terlanjur dihukum, dengan kita melabraknya takkan merubah keadaan.” Shania dan
Sonya hanya mengeryitkan alisnya menatap Ve penuh keheranan. Tak biasanya Ve
seperti ini jika menyangkut Dina.
“Aku gak suka lama-lama disini. Mending kita ke kantin, biar
aku yang traktir kalian.” Ucap Ve santai sambil menggandeng lengan kedua
sahabatnya itu untuk keluar.
Saat diambang pintu, sesekali Ve melirik Dina yang masih
berdiri mengusap wajahnya.
Sebagai balas budi keluarganya, Ve tak ingin menjahili Dina
lagi, perlahan ia iba. Ia ingin meminta maaf pada Dina, tapi tidak jika di
sekola, karena demi menjaga gengsinya.
bersambung......
Tidak ada komentar:
Posting Komentar