Kamis, 14 Agustus 2014

(cerbung SMASH & JKT48) - Di Ujung Pelangi - Part7

judul : Di Ujung Pelangi

genre : romantic - family

cast : Rangga Moela, Jessica Veranda, Pramudina, Dicky Prasetya, Reza Anugrah, Bisma Karisma, Shania Junianatha, Sonya Pandarmawan.

 *****




Aktifitas yang biasa dihari dengan suasana yang biasa juga. Hiruk pikuk keramaian didalam kelas terdengar sampai teras kelas.


 "Ve, kamu sudah kerjain pr fisika? Aku liat, dong!" ucap Sonya tibatiba saat Ve baru memasuki kelas.


"Ha? Belum." jawab Ve yang kini ikut-ikutan panik bersama kedua sahabatnya itu. Ve dan Sonya hanya mendumel, kenapa mereka bisa lupa dengan tugas Pak Burhan padahal jam pelajarannya akan dimulai di jam pelajaran kedua.


 "Eh, tenang kalian jangan panik dulu. Aku tau solusinya." ucap Shania lalu buru-buru berjalan ke belakang jajaran bangkunya.


"Dina, aku pinjam buku pr fisika kamu dong." kata Shania pada Dina yang tengah mengobrol dengan teman disebelah bangkunya.

"Ayo cepat, lelet!" suruh Shania yang melihat Dina mulai merogoh tasnya. Shania merebut buku yang Dina berikan lalu pergi ke bangkunya tanpa berkata apa-apa.


"Nah, ini pr-nya." Shania membuka lembaran-lembaran buku Dina dan meletakannya diatas meja.


 "Tapi ini buku punya siapa?" tanya Sonya.


 "Kerjain aja, daripada kita dihukum." sahut Ve yang sudah mulai mencatat.



Sebelum Pak Burhan memasuki kelas, jika murid-muridnya ditugasi pekerjaan rumah, buku-buku mereka harus sudah terkumpul di meja guru. Mereka selalu melakukan itu setiap jam pelajaran Pak Burhan, guru yang paling disegani.


 "Sonya.. Veranda.. Shania.." panggil Pak Burhan setelah memeriksa buku-buku tugas. Mereka tersentak kecil saat namanya dipanggil, perasaan mereka mulai tak enak jika Pak Burhan memanggil murid-muridnya dengan nada seperti itu. Pasti ada yang tak beres.


"Mana pr kalian?" tanya Pak Burhan, Ve dan Sonya melirik Shania sejenak.


"Kenapa diam? Ayo maju sini!" tak bisa berbuat apa-apa, mereka hanya bisa menurut.


 "Kita sudah kerjakan pr-nya kok, pak." kata Shania.


"Tapi mana?" Pak Burhan membolak balikkan lembaran buku Shania.


"Itu, pak." Shania menunjuk salah satu tulisan di lembaran buku.


 "Ini kan jawaban prmu minggu lalu, kamu hanya menyalinnya. Tapi pr sekarang mana? Tidak ada." ketiga sahabat itu tercekat tak percaya, mereka memang tak memperhatikan jawabannya, dan langsung menyalinnya begitu saja.

“T-tapi, pak ~ “ Shania tak melanjutkan kata-katanya kala matanya melirik ke arah Dina, tak mungkin ia mengatakan bahwa menyontek dari buku Dina, Bisa-bisa ia habis oleh Pak Burhan.

“Karena kalian tidak mengerjakan tugas dari saya, kalian harus dihukum. Kalian harus lari keliling lapangan 10 kali putaran!”  Sonya, Ve dan Shania tersentak kaget. Lari 10 putaran keliling lapangan seluas itu? tentu saja belum pernah mereka lakukan.

Seolah tak terima dengan hukuman yang diberikan, mereka bertiga mengajukan protes dengan versinya masing-masung sehingga ucapan mereka terdengar tak jelas.

“Kalian protes? Tambah jadi 15 putaran!”

“Ha?” ucap mereka bertiga berbarengan.

“Ayo cepat lari, tunggu apalagi?” bentak Pak Burhan membuat mereka segera berlari keluar kelas.


“Ha? Kamu ngapain disini?” tanya Ve melihat Reza ikut berlari disampingnya, menyamakan posisi larinya dengan Ve.

“Menemanimu lari.” Ucap Reza santai sambil terus berlari.

“Kamu apa-apaan sih? Sana masuk ke kelasmu.” Kata Ve sambil mendorong tubuh Reza agar menjauh, namun Reza tetap menyamakan larinya.

“Aku kan sayang sama kamu, Aku gak tega lihat kamu dihukum.”

“Ah, berisik.” Ve mendorong tubuh Reza lagi, berusaha mempercepat larinya agar menjauh dari Reza lalu menyusul Sonya dan Shania.

“Udahan, yuk. Aku capek.” Ucap Ve memperlambat larinya sambil tersengal-sengal.

“Tapi kita baru 9 putaran.” Ucap Sonya mengikuti temannya berhanti berlari.

“sepertiya Pak Burhan juga udah gak ngawasin kita.” Kata Shania, lalu mereka duduk di bangku pinggir lapangan.

“Ini semua gara-gara kamu, Shanju. Asal ambil buku orang.”

“Kenapa aku? Kamu juga salah, gak lihat soalnya dulu.” Ucap Shania yang tak terima disalahkan oleh Ve.

“Karena tadinya aku percaya kalau kamu ambil buku yang benar” balas Ve.

“Oh, jadi menurutmu ini sepenuhnya salahku, iya?” nada Shania mulai memuncak.

“Ya terus, siapa lagi? Aku dan Sonya hanya korbanmu.”

“Sudahlah! Kenapa kalian jadi ribut begini?” ucap Sonya yang tak tahan melihat perdebatan kedua sahabatnya.

“Kita terlanjur di hukum. Aku minta kalian jangan ribut lagi.” Shania hanya melengos pergi di susul oleh Ve.

Saat istirahat, Shania melihat Dina hendak keluar kelas. Ia beranjak dari bangkunya berniat menyusul Dina.

“Shanju, kamu mau kemana?” tanya Ve, Shania tak menjawab pertanyan Ve dan tetap melanjutkan langkahnya.

“Aku ikut.” Teriak Sonya lalu berjalan mengekor dibelakang Shania.

Dari kejauhan, Shania melihat Dina yang berjalan masuk ke toilet. Kebetulan toilet sedang sepi saat itu. Shania menarik tangan Dina untuk menyenderkan punggung Dina.

“Kamu sengaja mengerjaiku agar aku dan teman-temanku dihukum, iya kan?” tanya Shania sambil menunjukkan jari  didepan wajah Dina.

“Aku gak bermaksud begitu. Kamu sendiri yang pinjam buku pr-ku, bukan jawabannya.” Dina hanya menunduk menatap lantai, tak berani melihat wajah marah Shania.

“Gak usah berkelit, aku tau kamu memeng sengaja.” Sergah  Shania. Dina hanya menggeleng , belum sempat menjawab, dengan sengaja Sonya mecipratkan air dari wastafle ke wajah Dina.

“Kamu dendam kan sama kita?” tanya Sonya, Dina hanya menggeleng sambil mengusap cipratan air diwajahnya.

Tiba-tiba seseorang  masuk ke toilet sambil memanggil Sonya dan Shania.

“Ada apa ini?” tanya Ve melihat wajah Dina basah bersama dua sahabatnya.

“Gara-gara dia, kita jadi dihukum, Ve. Dia memberikan buku pr dengan jawaban minggu lalu.” Sahut Shania, Ve melirik Dina sejenak.

“Sudahlah, Shan. Kan kamu sendiri yang bilang kalau kita terlanjur dihukum, dengan kita melabraknya takkan merubah keadaan.” Shania dan Sonya hanya mengeryitkan alisnya menatap Ve penuh keheranan. Tak biasanya Ve seperti ini jika menyangkut Dina.

“Aku gak suka lama-lama disini. Mending kita ke kantin, biar aku yang traktir kalian.” Ucap Ve santai sambil menggandeng lengan kedua sahabatnya itu untuk keluar.
Saat diambang pintu, sesekali Ve melirik Dina yang masih berdiri mengusap wajahnya.

Sebagai balas budi keluarganya, Ve tak ingin menjahili Dina lagi, perlahan ia iba. Ia ingin meminta maaf pada Dina, tapi tidak jika di sekola,  karena demi menjaga gengsinya.

  



bersambung......

Tidak ada komentar:

Posting Komentar