genre : romantic-family
cast : Rangga Moela, Jessica Veranda, Pramudina, Dicky Prasetya, Reza Anugrah, Bisma Karisma, Shania Junianatha, Sonya Pandarmawan.
author : Fauziya Fitri
*******
Siang ini langit ibu kota tak secerah biasanya, mendung
berwarna kelabu. Begitu juga di SMA Perjuangan. Rangga melajukan motornya menuju sekolah Perjuangan.
Gerbang sekolah sudah dibuka bila detik-detik bel pulang berbunyi, ia masuk dan
memarkirkan motornya di dekat pos satpam hendak menunggu seseorang.
Dalam hitungan menit, semua siswa berhamburan keluar kelas
setelah bel berbunyi.
“Hay.” Rangga menoleh lalu tersenyum.
“Ngapain disini?” tanya Ve.
“Jemput Dina, kebetulan aku juga mau pulang.” Ini kali
ketiga Ve melihat Rangga menjemput Dina.
“Oh, Cuma Dina. Mentang-mentang aku Cuma adik bohongan.”
“Kamu kan ada supir, jadi gak usah aku yang jemput.” Ve
hanya menunduk sambil memanyunkan bibirnya, ia memainkan jarinya. Rangga
tersenyum.
“Gak usah cemberut gitu.”
“Kamu mau ikut aku?” tanya Rangga.
“Kemana?” Ve seketika mendongak.
“Nanti kamu juga tau sendiri.” Ucap Rangga yang membuat ekspresi
wajah Ve berubah jadi ekspresi penasaran.
“Tapi aku antar Dina dulu, setelah itu jemput kamu.” Ve mengangguk semangat. Ve memang melarang
Rangga untuk tidak mengatakan tentang hubungan mereka pada Dina.
Ve geli sendiri, karena bersama Rangga ia bukan seperti adik
dan kakak melainkan seperti selingkuhan yang main petak umpet pada kekasih
orang lain.
“Kamu masuk duluan ya.” Ucap Rangga pada Dina setelah
menghentikan motornya sesampai di depan halaman rumahnya.
“Loh? Kakak mau kemana?” tanya Dina.
“Ada urusan sebentar.” Dina mengangguk lalu berjalan menuju
rumah, Rangga masih memperhatikan Dina dari belakang,. Tak lama suara mesin
mobil terdengar, Rangga menoleh. Dilihatnya Ve keluar dai mobil itu.
“Kok kamu kesini? kan aku yang mau jemput kamu.”
“Aku kan gak sabar mau pergi sama kakak.” Ucap Ve, terasa
aneh juga bila memanggil Rangga dengan sebutan kakak.
“Lagian aku gak boleh kalau pergi tanpa Pak Acep, itu amanat
mama.” Lanjutnya.
Tak ada pilihan Ranggaa pun segera menaruh motornya di teras
rumah lalu ikut mengendarai mobil bersama Ve.
*
Ve menyapu pandangannya sesampai ke tempat yang Rangga minta.
“Kamu gak salah kan ngajak aku kesini?” tanya Ve.
“Memang ada yang salah?” Ve tak menjawab pertanyaan Rangga,
matanya masih sibuk mengamati halaman sebuah bangunan dangan bertuliskan “Panti
Asuhan Yatim Piatu Al-Ikhlas” di papan yang berdiri tegak di halaman.
“Mau sampai kapan kamu berdiri disitu? Ayo masuk.” Ajak
Rangga yang sudah berjalan beberapa langkah ke depan. Ve tercekat lalu mengekor
dibelakang Rangga.
“Hei, teman-teman. Itu kan
Kak Rangga.” Ucap seorang bocah laki-laki berumur 6 tahun pada
teman-temannya yang sedang bermain di teras. Anak-anak yang tengah bermain itu
pun berpaling sejenak dari aktifitasnya, melihat siapa yang datang.
Dengan ceria khas anak-anak, mereka menyambut kedatangan
Rangga sambil bersorak memanggil-manggil nama Rangga. Rangga hanya melambaikan
tangan kanannya sambil tersenyum.
”Hai, adik-adik.” Sapaan hangat itu disambut ceria oleh
anak-anak yang berumur 5 sampai 8 tahun itu.
“Eh, Kak Rangga. Ini siapa?” tanya bocah perempuan yang
melihat Ve berdiri di depan teras.
“Oh, kakak ini teman baru kita.” Balas Rangga
“Ayo sini, Ve.” Ve pun mulai mendekati kerumuman anak-anak.
“Kakaknya jangan Cuma diliatin, disapa juga dong.” Rangga.
Anak-anak hanya menurut, menyapa Ve, Ve membalas sapaan mereka dengan
melambaikan kedua tangannya dengan senyuman yang terkesan aneh.
“Ga, mereka gak punya baju lagi, ya? Kok style-nya begitu,
gak fashionable.” Ucap Ve sambil berbisik pada Rangga.
“Sstttt...” seketika Ve terdiam. Ya, sebelumya Ve memeng tak
pernah melihat atau datang ke panti asuhan.
Tanpa berlama-lama, Rangga mengajak anak-anak untuk bermain,
juga Ve. Meskipun masih canggung bermain
dengan anak-anak kecil, tapi Ve terlihat ceria bersama mereka.
Dari kejauhan, Rangga memperhatikan Ve yang bermain dengan
kebanyakan anak perempuan.
“Coba lihat aku.” Ucap Ve pada anak-anak, ia beranjak dari
duduknya, berdiri lalu berjalan dengan gaya bak seorang model catwalk.
Anak-anak hanya berdecak kagum memuji kemahiran Ve berlenggak-lenggok.
Ve juga menyuruh anak-anak untuk mengikuti gayanya. Ada yang
malu-malu, ada yang bersemangat, ada juga yang kaku. Yang jelas Ve dibuat ceria oleh anak-anak
yang ada didekatnya.
Rangga yang sedari tadi memperhatikan Ve hanya tersenyum.
Menurutnya, Ve angkuh, manja, ceria. Bisa juga jadi gadis yang manis.
“Hemm, ternyata main sama anak-anak ini gak seperti yang aku
duga, gak terlalu membosankan.” Ucap Ve pada Rangga yang kini duduk di bangku
teras depan panti, matanya masih memperhatikan anak-anak yang tengah bermain,
juga berlarian.
“Oh, ya? Kamu senang?” Ve mengangguk.
“Oh iya, kenapa kamu ngajak aku kesini?” tanya Ve.
“Ya aku merasa senasib dengan mereka. Mereka gak punya orang
tua, Cuma mungkin aku lebih beruntung karena ibu dan pak Dinar mengangkatku
jadi anak mereka.” Ve hanya menatap Rangga.
Ya, ibu Rangga meninggal karena kecelakaan saat ia masih
sekolah. Disusul oleh ayahnya dua tahun lalu akibat serangan jantung karena
perusahaannya mengalami kebangkrutan. Beruntung Pak Dinar, karyawan setia ayah
Rangga bersedia mengangkat Rangga dan Dina sebagai anak, hal itu tentu disambut
hangat oleh istrinya, Bu Dinar. Jadi tak salah jika ibu dan Pak Dinar membiayai
kuliah Rangga dan menyekolahkan Dina di sekolahnya sekarang bersama Ve.
Berselang beberapa lama, Rangga menceritakan sebuah dongeng
untuk anak-anak panti sebelum ia pulang.
“Aladin dan Puteri Yasmin bersama jin pun hidup bahagia,
selamanya...” anak-anak bertepuk tangan setelah Rangga menceritakan sebuah
dongeng.
“Wah, aku mau jadi Puteri Yasmin.” Ucap salah satu anak.
“Kak, Puteri Yasmin itu cantik, ya?” Rangga mengangguk.
“Emm, mirip Kak Ve?” Rangga menoleh mengamati wajah Ve yang
duduk disampingnya.
“Emm, mungkin.”
“Kalau Kak Rangga sama Kak Ve pacaran, ya?” tiba-tiba salah
satu anak bertanya dengan polosnya. Ve dan Rangga saling pandang sejenak, entah
kenapa terlihat rona merah di pipi Ve.
“Ya enggak lah, masa kakak pacaran sama anak kecil.” Ucap
Rangga asal, Ve mengeryitkan alisnya.
“Hey, aku bukan anak kecil, aku sudah besar tau.” Ucap Ve
tak terima, seketika anak-anak yang ada disana tertawa riang.
bersambung.....
bersambung.....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar