Rabu, 27 Agustus 2014

(Cerbung SMASH & JKT48) - Di Ujung Pelangi- Part10

judul : Di Ujung Pelangi

genre : romantic-family

cast : Rangga Moela, Jessica Veranda, Pramudina, Dicky Prasetya, Reza Anugrah, Bisma Karisma, Shania Junianatha, Sonya Pandarmawan.

author : Fauziya Fitri

*******



Siang ini langit ibu kota tak secerah biasanya, mendung berwarna kelabu. Begitu juga di SMA Perjuangan. Rangga  melajukan motornya menuju sekolah Perjuangan. Gerbang sekolah sudah dibuka bila detik-detik bel pulang berbunyi, ia masuk dan memarkirkan motornya di dekat pos satpam hendak menunggu seseorang.


Dalam hitungan menit, semua siswa berhamburan keluar kelas setelah bel berbunyi.

“Hay.” Rangga menoleh lalu tersenyum.

“Ngapain disini?” tanya Ve.

“Jemput Dina, kebetulan aku juga mau pulang.” Ini kali ketiga Ve melihat Rangga menjemput Dina.

“Oh, Cuma Dina. Mentang-mentang aku Cuma adik bohongan.”

“Kamu kan ada supir, jadi gak usah aku yang jemput.” Ve hanya menunduk sambil memanyunkan bibirnya, ia memainkan jarinya. Rangga tersenyum.


“Gak usah cemberut gitu.”

“Kamu mau ikut aku?” tanya Rangga.

“Kemana?” Ve seketika mendongak.

“Nanti kamu juga tau sendiri.” Ucap Rangga yang membuat ekspresi wajah Ve berubah jadi ekspresi penasaran.

“Tapi aku antar Dina dulu, setelah itu jemput kamu.”  Ve mengangguk semangat. Ve memang melarang Rangga untuk tidak mengatakan tentang hubungan mereka pada Dina.
Ve geli sendiri, karena bersama Rangga ia bukan seperti adik dan kakak melainkan seperti selingkuhan yang main petak umpet pada kekasih orang lain.


“Kamu masuk duluan ya.” Ucap Rangga pada Dina setelah menghentikan motornya sesampai di depan halaman rumahnya.

“Loh? Kakak mau kemana?” tanya Dina.

“Ada urusan sebentar.” Dina mengangguk lalu berjalan menuju rumah, Rangga masih memperhatikan Dina dari belakang,. Tak lama suara mesin mobil terdengar, Rangga menoleh. Dilihatnya Ve keluar dai mobil itu.

“Kok kamu kesini? kan aku yang mau jemput kamu.”

“Aku kan gak sabar mau pergi sama kakak.” Ucap Ve, terasa aneh juga bila memanggil Rangga dengan sebutan kakak.

“Lagian aku gak boleh kalau pergi tanpa Pak Acep, itu amanat mama.” Lanjutnya.

Tak ada pilihan Ranggaa pun segera menaruh motornya di teras rumah lalu ikut mengendarai mobil bersama Ve.

*

Ve menyapu pandangannya sesampai  ke tempat yang Rangga minta.

“Kamu gak salah kan ngajak aku kesini?” tanya Ve.

“Memang ada yang salah?” Ve tak menjawab pertanyaan Rangga, matanya masih sibuk mengamati halaman sebuah bangunan dangan bertuliskan “Panti Asuhan Yatim Piatu Al-Ikhlas” di papan yang berdiri tegak di halaman.

“Mau sampai kapan kamu berdiri disitu? Ayo masuk.” Ajak Rangga yang sudah berjalan beberapa langkah ke depan. Ve tercekat lalu mengekor dibelakang Rangga.

“Hei, teman-teman. Itu kan  Kak Rangga.” Ucap seorang bocah laki-laki berumur 6 tahun pada teman-temannya yang sedang bermain di teras. Anak-anak yang tengah bermain itu pun berpaling sejenak dari aktifitasnya, melihat siapa yang datang.

Dengan ceria khas anak-anak, mereka menyambut kedatangan Rangga sambil bersorak memanggil-manggil nama Rangga. Rangga hanya melambaikan tangan kanannya sambil tersenyum.

”Hai, adik-adik.” Sapaan hangat itu disambut ceria oleh anak-anak yang berumur 5 sampai 8 tahun itu.

“Eh, Kak Rangga. Ini siapa?” tanya bocah perempuan yang melihat Ve berdiri di depan teras.

“Oh, kakak ini teman baru kita.” Balas Rangga

“Ayo sini, Ve.” Ve pun mulai mendekati kerumuman anak-anak.

“Kakaknya jangan Cuma diliatin, disapa juga dong.” Rangga. Anak-anak hanya menurut, menyapa Ve, Ve membalas sapaan mereka dengan melambaikan kedua tangannya dengan senyuman  yang terkesan aneh.

“Ga, mereka gak punya baju lagi, ya? Kok style-nya begitu, gak fashionable.” Ucap Ve sambil berbisik pada Rangga.

“Sstttt...” seketika Ve terdiam. Ya, sebelumya Ve memeng tak pernah melihat atau datang ke panti asuhan.

Tanpa berlama-lama, Rangga mengajak anak-anak untuk bermain, juga Ve. Meskipun masih canggung  bermain dengan anak-anak kecil, tapi Ve terlihat ceria bersama mereka.

Dari kejauhan, Rangga memperhatikan Ve yang bermain dengan kebanyakan anak perempuan.

“Coba lihat aku.” Ucap Ve pada anak-anak, ia beranjak dari duduknya, berdiri lalu berjalan dengan gaya bak seorang model catwalk. Anak-anak hanya berdecak kagum memuji kemahiran Ve berlenggak-lenggok.
Ve juga menyuruh anak-anak untuk mengikuti gayanya. Ada yang malu-malu, ada yang bersemangat, ada juga yang kaku.  Yang jelas Ve dibuat ceria oleh anak-anak yang ada didekatnya.

Rangga yang sedari tadi memperhatikan Ve hanya tersenyum. Menurutnya, Ve angkuh, manja, ceria. Bisa juga jadi gadis yang manis.

“Hemm, ternyata main sama anak-anak ini gak seperti yang aku duga, gak terlalu membosankan.” Ucap Ve pada Rangga yang kini duduk di bangku teras depan panti, matanya masih memperhatikan anak-anak yang tengah bermain, juga berlarian.

“Oh, ya? Kamu senang?” Ve mengangguk.

“Oh iya, kenapa kamu ngajak aku kesini?” tanya Ve.

“Ya aku merasa senasib dengan mereka. Mereka gak punya orang tua, Cuma mungkin aku lebih beruntung karena ibu dan pak Dinar mengangkatku jadi anak mereka.” Ve hanya menatap Rangga.

Ya, ibu Rangga meninggal karena kecelakaan saat ia masih sekolah. Disusul oleh ayahnya dua tahun lalu akibat serangan jantung karena perusahaannya mengalami kebangkrutan. Beruntung Pak Dinar, karyawan setia ayah Rangga bersedia mengangkat Rangga dan Dina sebagai anak, hal itu tentu disambut hangat oleh istrinya, Bu Dinar. Jadi tak salah jika ibu dan Pak Dinar membiayai kuliah Rangga dan menyekolahkan Dina di sekolahnya sekarang bersama Ve.

Berselang beberapa lama, Rangga menceritakan sebuah dongeng untuk anak-anak panti sebelum ia pulang.

“Aladin dan Puteri Yasmin bersama jin pun hidup bahagia, selamanya...” anak-anak bertepuk tangan setelah Rangga menceritakan sebuah dongeng.

“Wah, aku mau jadi Puteri Yasmin.” Ucap salah satu anak.

“Kak, Puteri Yasmin itu cantik, ya?” Rangga mengangguk.

“Emm, mirip Kak Ve?” Rangga menoleh mengamati wajah Ve yang duduk disampingnya.

“Emm, mungkin.”

“Kalau Kak Rangga sama Kak Ve pacaran, ya?” tiba-tiba salah satu anak bertanya dengan polosnya. Ve dan Rangga saling pandang sejenak, entah kenapa terlihat rona merah di pipi Ve.

“Ya enggak lah, masa kakak pacaran sama anak kecil.” Ucap Rangga asal, Ve mengeryitkan alisnya.

“Hey, aku bukan anak kecil, aku sudah besar tau.” Ucap Ve tak terima, seketika anak-anak yang ada disana tertawa riang.





bersambung.....
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar